Wajib Tahu! Inilah Ciri-ciri Serta Contoh Hadits Shahih, Hasan, dan Dhaif
Dhiragama.com - Dalam Islam yang menjadi sumber hukum utama adalah Al-Qur'an dan Hadits. Hadits juga dapat disebut sebagai sunnah karena berasal dari perkataan atau perbuatan yang berasal dari Rasulullah SAW.
Namun tanpa kita sadari banyak sekali hadits yang ridak shahih atau hadits yang tidak benar-benar datang dari perkataan ataupun perbuatan Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu kita sebagai umat muslim wajib sekali mengetahui macam-macam hadits beserta dengan ciri-ciri dan contoh-contohnya.
Untuk lebih lengkapnya,mari kita simak pembahasan dibawah ini mengenai macam-macam hadits beserta dengan ciri-ciri dan contoh-contohnya.
Pengertian Hadits
Unsur-Unsur yang Terdapat pada Hadits
1. Rawi
Rawi adalah seseorang yang menyampaikan hadits yang dituturkan oleh Rasulullah SAW, yang terdiri dari para sahabat atau tabi'in.
2. Sanad
Kumpulan perawi dari sahabat hingga orang terakhir yang meriwayatkan sebuah hadits.
3. Mukharrij
Perawi terakhir yang meriwayatkan hadits yang berasal dari karyanya atau sebuah catatan.
4. Shiyagul Ada'
Redaksi yang digunakan oleh perawi dalam meriawayatkan sebuah hadits.
5. Matan
Redaksi yang berasal dari riwayat yang disampaikan oleh masing-masing perawi.
Baca Juga : Inilah doa yang dianjurkan untuk dibaca setelah shalat lima waktu
Hadits Shahih
Hadits shahih atau hadits asli adalah haditsyang benar-benar datangnya dari perkataan, perbuatan serta perilaku Rasulullah SAW. Hadits shahih sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Shahih Lidzatihi
Hadits shahih lizatihi adalah hadits shahih yang sudah sesuai dengan kriteria shahih yang ada, tanpa membutuhkan faktor lain sebagai penguat shahihnya.
2. Shahih Lighairihi
Hadits shahih lighairihi adalah hadits shahih yang membutuhkan faktor eksternal sebagai penguat shahihnya.
Hadits shahih memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sanadnya bersambung, perawi dari hadits tersebut memiliki akhlak yang baik, sifat istiqamah, tidak fasik, kuat ingatannya dan sangat terjaga kehormatannya.
2. Perawi sudah Baligh dan beragama Islam
3. Matannya tidak bertentangan
4. Tidak ada maksud yang tersembunyi atau tidak diketahui siapa yang mencatat hadits
Contoh Hadits Shahih
عَنْ سَهْلٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَوْضِعُ سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَلَغَدْوَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ رَوْحَةٌ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Artinya : Dari Sahl bin sa'ad As-Sa'idy berkata, Aku mendengar Nabi SAW bersabda: "Tempat cemeti di surga lebih baik daripada dunia dan seisinya. Berpagi hari atau sore hari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya." (HR. Al-Bukhari no.6415)
Hadits Hasan
1. Hasan Lidzatihi
Hadist dengan sanad yang bersambung, tetapi perawinya tidak memiliki ingatan yang kuat (pelupa).
2. Hasan Lighairihi
Baca Juga : Tata Cara Shalat Dhuha yang Benar
Contoh Hadits Hasan
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ مُحَمَّدٍ
يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ
عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَبِي حُبَيْشٍ أَنَّهَا كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَقَالَ لَهَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ دَمُ الْحَيْضَةِ فَإِنَّهُ
أَسْوَدُ يُعْرَفُ فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِي عَنِ الصَّلَاةِ فَإِذَا كَانَ
الْآخَرُ فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي فَإِنَّمَا هُوَ عِرْقٌ
Hadits Dhaif
Hadits dhaif memiliki arti hadits yang tidak memiliki kriteria atau ciri-ciri hadits shahih dan hadits hasan. Banyak ulama yang berpendapat agar tidak menggunakan hadits dhaif sebagai dasar, karena sifat hadits dhaif tersebut yang lemah. Hadits dhaif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hadits dhaif dikarenakan gugurnya rawi
Maksud dari ciri-ciri ini adalah hadits dapat menjadi dhaif karena tidak memiliki perawi yang harusnya terdapat didalamnya. Hadits dhaif dikarenakan gugurnya rawi memiliki beberapa jenis hadits lagi, yaitu sebagai berikut:
1). Hadits Mursal
Hadits yang rawinya gugur pada akhir sanad
2). Hadits Munaqathi'
Hadits yang gugur satu atau dua perawinya tanpa beriringan menjelang akhir sanadnya
3). Hadits Mu'dhal
Hadits yang dua atau lebih perawinya gugur beriringan dalam sanadnya
4). Hadits Mu'allaq
Hadits yang seorang atau lebih bahkan dapat pula seluruh perawinya gugur diawal sanad
2. Hadits Dhaif dikarenakan cacat pada matan atau rawi
Baca Juga : Tata cara dan Niat Shalat Rawatib
Maksud dari ciri-ciri ini adalah hadits dapat menjadi dhaif karena perawinya bisa saja seorang yang fasiq, pendusta, bid'ah, ataupun adalah seseorang yang tidak dikenal. Hadits dhaif yang memiliki ciri-ciri ini mempunyai beberapa jenis hadits yaitu:
1). Hadits Maudhu'
Hadits yang tidak berasal dari Nabi Muhammad SAW
2). Hadits Mathruh / Hadits Matruk
Hadits yang perawinya pernah melakukan maksiat atau dituduh sebagai pendusta, seorang yang lalai atau banyak wahamnya.
3). Hadits Munkar
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah dan menyalahi perawi yang kuat.
4). Hadits Mu'allal
Hadits yang mengandung sebuah atau berbagai sebab-sebab yang tersembunyi.
5). Hadits Mudraj
Hadits yang disisipi sesuatu yang bukan termasuk bagian dari hadits tersebut
6). Hadits Maqlub
Hadits yang terdapat penukaran pada matannya atau rawi pada sanadnya atau bahkan pemutarbalikan sanad untuk matan yang lain.
7). Hadits Syadz
Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dapat dipercaya, tetapi hadits tersebut bertolak belakang dengan hadits-hadits yang oleh perawi-perawi yang juga dapat dipercaya.
Baca Juga : Pengantin baru, jangan lupa baca doa ini yaa!
Contoh Hadits Dhaif
Artinya : Dari Nadhir bin Syaiban, ia mengatakan, ‘Aku pernah bertemu dengan Abu Salamah bin Abdurrahman rahimahullah, aku mengatakan kepadanya, ‘Ceritakanlah kepadaku sebuah hadits yang pernah engkau dengar dari bapakmu (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘anhu) tentang Ramadhan.’ Ia mengatakan, ‘Ya, bapakku (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘anhu) pernah menceritakan kepadaku bahwa Rasulullah SAW pernah menyebut bulan Ramadhan lalu bersabda, ‘Bulan yang Allah Azza wa Jalla telah wajibkan atas kalian puasanya dan aku menyunahkan buat kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa yang berpuasa dan melaksanakan shalat malam dengan dasar iman dan mengharapkan ganjaran dari Allah Azza wa Jalla, niscaya dia akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat dia dilahirkan oleh ibunya“. (HR Ibnu Majah, no. 1328 dan Ibnu Khuzaimah, no. 2201 lewar jalur periwayatan Nadhr bin Syaiban)